Ayo Hunting Foto Di Bromo
Gunung yang berketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut ini, mempunyai nama nan indah berasal dari bahasa sansekerta yang berarti Brahma (salah satu dewa umat hindu), karena mayoritas Indonesia pada waktu itu adalah umat hindu. Munculah adaptasi nama Bromo. Yang kini akrab di telinga masyarakat dalam negeri maupun luar negeri, akan keindahan panoramanya. Sebuah panorama yang sayang bila dilewatkan. Maka Saya dan beberapa siswa kursus foto, Surabaya Svhool Of Photography, pun berkunjung kesana untunk hunting foto digital.
Berkunjung ke salah satu gunung aktif di Indonesia ini, berarti Anda akan berkunjung ke empat daerah sekaligus di satu wilayah Jawa Timur. Ya karena Gunung Bromo, secara geografis masuk dalam empat wilayah yakni : Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang.
Gunung yang pernah meletus puluhan kali ini memang tersohor ke seantero dunia, karena daya tarik alamnya. Adanya lautan pasir yang sangat luas, kawah yang berbentuk indah, kehidupan di pedesaan ala masyarakat setempat, kuda-kuda tangguhnya yang siap mengantar Anda mendaki, bunga edelwise nya, kabutnya yang misterius namun indah, bukitnya yang kokoh, sawah dan rerumputan yang hijau dan segar aromanya, “lukisan” awan di langitnya yang biru, sunset nya dan yang paling ditunggu yakni sunrise ala Gunung Bromo yang sungguh romantis memikat. Semua pesona itulah yang meniyihir para wisatawan untuk bertandang kesana. Termasuk Saya dan para anak didik peserta kursus foto, Surabaya Svhool Of Photography, yang bersemangat untuk eksplorasi beragam fotografi teknik disana.
Setiap sudut di area Gunung Bromo, tak luput dari bidikan kamera saya dan rekan-rekan. Berikut beberapa hasilnya :
1. Foto digital pertama
Jika pada artikel sebelumnya kita sudah mempelajari tentang teknik foto decisive moment, yakni saat momen atau objek mencapai titik kulminasi (kesempurnaannya). Dan juga tentang teknik foto rule of third, yakni komposisi foto dengan meletakkan objek utama pada titik sepertiga dari kiri atauapun sepertiga dari kanan. Masih ingat kan ?
Foto digital diatas pun mengandung kedua teknik foto tersebut. Perpaduan teknik foto decisive moment dan rule of third yang sempurna, terlihat pada foto digital diatas. Objek rumah-rumah yang berjejer dibawah bukit, dipotret dengan teknik foto rule of third. Terlihat beberapa rumah dipotret dengan posisi sepertiga dari kanan dan ada juga yang sepertiga dari kiri. Komposisi yang seimbang dan tidak membosankan.
Dimana letak decisive moment nya ? Lihatlah “lukisan cahaya” berupa komposisi warna biru langit, bias putih awan, bias putih asap gunung yang “tertinggal” disebelah atas kanan dan merah muda gradasi keoranyean sebagai bias mentari, membuat perpaduan komposisi warna yang indah. Pemandangan itu semakin “mahal”, dengan hadirnya awan yang terbagi dalam tiga bagian nan indah bergradasi merah muda, oranye dan putih.
2. Foto digital kedua
Nah untuk foto digital yang kedua ini pun mengandung fotografi teknik decisive moment. Komposisi warna coklat dari tanah di sekitar objek, hijaunya rerumputan, hingga biru tua dan biru mudanya langit, menjadi kesatuan yang indah. Unsur decisive moment makin kuat, dengan tampilnya garis-garis warna putih yang turut menghiasi langit. Sangat jarang lho ada “lukisan awan” yang begitu harmonis, hingga nampak seperti jari jemari pencakar langit. Lukisan Tuhan yang maha sempurna !
Perjalanan kami menyusuri area sekitar Bromo pun berlanjut ke pemukiman warga. Menginjakkan kaki di pedesaan sana, udara segar langsung menembus hidung masuk ke paru-paru. Sejuk. Belum lagi, seluas mata memandang, kita akan menjumpai rerumputan, sawah dan pemukiman warga yang sejuk “berpagar” tumbuhan hijau diatas tanah yang subur. Semua keindahan yang jarang dijumpai di kota itu pun, langsung kami abadikan dalam berbagai foto digital berikut :
3. Foto digital ketiga
Bagaimana dengan kupasan tentang teknik foto framing, masih ingat jugakah Anda ? Karena dalam foto digital yang ketiga ini, menggunakan framing. Diwujudkan melalui tampilan ranting pohon, yang sedikit terpotret di bagian kanan bawah. Framing tersebut, membuat foto digital “terbungkus” cantik.
Nah kebetulan ada seorang bapak dan ibu yang sedang melintas, “berkejaran” dengan asap putih gunung Bromo yang tertinggal. Wah bakal makin lengkap dan sempurna nih komposisi momen objek foto saya. Segeralah saya potret dan terabadikanlah sebuah foto digital yang mengandung fotografi teknik decisive moment.
Teknik foto rule of third juga terlihat dipakai dalam foto digital tersebut. Yakni objek bapak dan ibu sedang berjalan menyusuri rerumputan, yang dipotret pada sepertiga kiri dari keseluruhan objek foto digital itu. Komposisi obejk diam (benda) dan bergerak (manusia), membuat foto digital diatas terasa “hidup”.
4. Foto digital ke empat
Dalam foto digital diatas, masih berkutat dengan teknik foto rule of third. Terlihat objek beberapa rumah yang berjejer dan dikelilingi persawahan. Objek tersebut diambil dengan posisi sepertiga dari kiri dengan menampilkan kontur kemiringan tanah dibalik deretan rumah tersebut. Rumah – rumah itu juga dibidik melalui lengkungan celah gundukan tanah yang berfungsi sebagai framingya. Keseluruhan tampilan diatas membuat fotografi teknik yang lebih kreatif.
Tak hanya teknik foto rule of third yang bisa dijumpai dalam foto digital yang kedua ini. Karena juga mengandung teknik foto decisive moment. Yakni terletak pada objek kepulan asap dari gunung, yang berhembus ke arah kanan diatas pemukiman. Sehingga namapk seperti kapas nan empuk heheh. Tak setiap saat bisa dijumpai momen seperti itu, maka saat terlihat momennya, bergegaslah dipotret sehingga tampilan foto digital berada di puncak komposisi terbaiknya.
5. Foto digital kelima
Komposisi warna hijau dari beberapa objek foto diatas, membawa aura yang segar. Teknik foto rule of third, pada peletakan objek kumpulan rumah, semakin menyempurnakan tampilannya. Bidang objek dibagian bawah yakni rerumputan sawah yang hijau dan baru ditanam, sengaja dipotret dengan “jatah” yang lebih luas dan berperan sebagai framing. Semakin cantik.
6. Foto digital ke enam
Decisive moment terlihat jelas dalam foto tersebut, melalui kehadiran objek seorang lelaki yang berjalan dengan menuntun kuda. Momen kebetulan yang apik dan membuat foto digital menjadi “hidup” seperti itu, jangan sampai terlepas dari bidikan lensa kamera Anda.
Keindahan foto digital diatas tak hanya berhenti disitu, karena masih ada aplikasi fotografi teknik framing. Terlihat pada sisi kiri foto, terbidik jejeran pohon pisang yang subur, menjadi framing alami bagi foto digital yang ke enam ini.
7. Foto digital ke tujuh
Selain unsur fotografi teknik, setiap foto digital pasti mengandung pesan yang terceritakan. Seperti yang terlihat diatas, foto tersebut mengandung unsur human of interest. Sisi lain dibalik indahnya alam Gunung Bromo, terselip pula kegigihan warga sekitar yang berusaha mengais rezeki dari wisatawan yang berkunjung kesana. Terlihat seorang lelaki dengan warung jualannya, menunggu pembeli datang. Pesan foto yang nyata.
Sementara dari segi fotografi tekniknya, foto digital diatas mengaplikasikan teknik foto rule of third. Dimana objek utamanya yakni lelaki dengan warung dagangannya itu, terletak di sepertiga kanan dari keseluruhan objek foto yang apik dan berlatar pemandangan bukit Bromo.
8. Foto digital ke delapan
Lagi-lagi teknik foto rule of third, teraplikasikan dalam foto digital yang terakhir ini. Hal itu terlihat pada objek utamanya, yakni sebuah rumah berdaun pintu dan jendela merah muda yang eye catching. Hal lain yang menjadi daya tarik dalam foto tersebut, adalah komposisi melalui jalan beraspal yang dipotret dengan angle sedikit melengkung. Kreatif.
Hunting foto di Bromo memang mengasyikkan dan membuat ketagihan. Pemandangannya yang alami dan sejuk, tak hanya menyegarkan jiwa dan raga, namun juga “menyegarkan” lensa kamera heheh. Mau bukti ? Ayo berburu foto disana. (*)
* Singgih Tamadi - Pemilik dan Pendidik fotografi di kursus foto Surabaya Svhool Of Photography