Jalan – Jalan Ke Bukittinggi
Indahnyo pemandangan alam Bukittinggi ini ! Ya itulah kata-kata yang keluar dari orang-orang, yang berkesempatan jalan-jalan atau bahkan tinggal di salah satu bagian dari tanah Sumatera Barat ini. Termasuk Saya yang sempat bertandang kesana untuk memberi kursus foto bagi para peminat fotografi tanah minang itu.
Kota ini berada pada ketinggian 909 – 941 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh dua gunung berapi yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Bukittinggi memiliki hawa cukup sejuk dengan suhu berkisar antara 16.1 – 24.9 °C. Selain itu, kota yang terletak dalam rangkaian Bukit Barisan ini pun memiliki beragam objek alam yang indah memukau. Sebutlah rumah gadang, jam gadang, Ngarai Slanok, Danau Maninjau hingga Lembah Anai. Semuanya tak hanya indah dipandang mata, namun juga indah dibidik dengan lensa kamera.
Rumah Gadang Simbol Tanah Minang
Ya sebagai simbol, karena tak ada satupun rumah adat di Indonesia yang bentuknya seperti rumah gadang. Jadi cukup melihat bentuk nya saja, kita sudah mahfum bahwa itu adalah rumah adat tradisional Minangkabau. Maka tak heran jika di Bukittinggi, banyak rumah gadang berdiri kokoh.
Rumah yang juga biasa disebut dengan nama rumah bagonjong atau ada juga rumah baanjung ini, dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang. Dari bagian dari depan Rumah Gadang biasanya penuh dengan ukiran ornamen dan umumnya bermotif akar, bunga, daun serta bidang persegi empat dan genjang. Sedangkan bagian luar belakang dilapisi dengan belahan bambu. Nah salah satu hal yang paling eye catching dari rumah gadang, yakni arsitektur atapnya yang runcing seperti tanduk.
Karena sifatnya sebagai rumah adat, maka tidak semua kawasan di Minangkabau boleh didirikan rumah gadang. Yang bisa didirikan, hanya ada pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja. Beruntung Saya sempat menjumpai salah satu rumah gadang yang indah dan kokoh, berikut ini tampilan foto digitalnya :
Seperti yang saya utarakan diatas, hal yang menonjol dari rumah gadang yakni bagian atapnya yang melengkung-melengkung runcing. Itulah atap rumah gadang yang sekaligus menjadi point of interest dari foto digital tersebut. Untuk memotretnya, Saya mengaplikasikan teknik foto framing melalui pepohonan palem dan cemara di bagian depan dan kanan bangunan rumah gadang. Agar hasil foto digitalnya maksimal, perhatikan jugas jarak Anda (fotografer) dengan objek foto. Agar bisa 'menangkap” keseluruhan bentuk rumah gadang segenap atapnya. Jika terlalu jauh, maka tampilannya pun kurang jelas. Sebaliknya jika terlalu dekat, maka framing pepohonannya tidak nampak utuh.
Menara Jam Gadang Yang Menjulang
Gadang berasal dari bahasa Minang yang berarti besar. Menara jam gadang berarti, menara jam yang berukuran besar. Tak hanya jam nya yang besar, menaranya pun menjulang. Menara yang konon menghabiskan biaya pembangunan sekitar 3000 gulden itu, sejatinya merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur atau sekretaris kota Bukittinggi saat itu, Rook Maker. Maka dibangunlah menara jam gadang pada tahun 1926 dan diarsiteki oleh Yazin Sutan Gigi Ameh.
Sedemikian fenomenalnya, sejak dibangun dan sejak berdirinya menara jam gadang ini telah menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang menjadikannya sebagai penanda atau markah tanah kota Bukittinggi. Saya pun ingin menikmati keindahannya, dibalik lensa kamera saya. Dan inilah hasilnya,
Memotret objek foto digital diatas, maka Saya mendapatkan dua objek sekaligus : menara jam gadang dan barisan andong sewaan yang menarik minat untuk menaikinya hehehe. Tak ayal, Saya memanfaatkan andong-andong itu sebagai framing foto digital diatas, tak hanya itu karena pohon-pohon teduh di di belakang para andong dan sedikit juntaian daun palem di sebelah kiri itupun turut menjadi komposisi teknik foto framing yang alami.
Eh ada juga decisive moment nya lho. Apa itu ? Rambu dilarang parkir yang jelas terbaca, nampaknya diabaikan saja oleh para kusir demi berburu rupiah. Komposisi objek itulah yang menjadi penyempurna unsur fotografi teknik decisive moment nya . .
Untuk teknik foto angle nya, Saya menerapkan teknik foto frog eye view, yakni posisi kamera berada di bawah hampir sejajar dengan tanah dan tidak dihadapkan ke atas, tapi mendatar dan dilakukan dengan tiarap. Atau jika tak perlu seekstrem itu, maka Anda cukup mengambil jarak yang pas dengan objek foto, agar bisa “memasukkan” objek andong dan menara jam gadang yang menjulang, ke dalam lensa kamera Anda. Komposisi semua objek diatas, akan menggambarkan keindahan dan kemegahan jam gadang.
Jurang Pembatas Ngarai Slanok Yang Elok Memanjang
Lembah curam (jurang) diatas memang jauh dari kesan “seram” dan berbahaya. Justru yang terlihat adalah sebuah jurang yang indah dan asri, karena dikelilingi pepohonan hijau subur dan aliran air yang deras. Jurang Ngarai Slanok ini merupakan perbatasan dari selatan Ngarai Koto Gadang hingga Nagari Sianok Anam Suku dan berakhir di Kecamatan Palupuh. Dengan kepanjangan hingga 15 km, lebar sekitar 200 meter dan kedalam sekitar 100 meter ini, tak diragukan jika Ngarai Slanok menjadi andalan wisata Bukittinggi. Sangat panjang dan berkelok indah.
Fotografi tekniknya memakai bird eye view, yang memang banyak dipraktekkan untuk mengabadikan objek pemandangan alam. Dengan fotografi teknik tersebut, kita bisa menampilkan semua objek secara penuh, kelebatan pepohonannya, bentuk jurangnya, juga aliran airnya yang segar, lengkap dengan background bukit yang nampak sedikit berkabut.
Danau Maninjau Nan Elok
Satu kata untuk Danau ini : ELOK nian. Ya jika Sumatera Utara punya Danau Toba, maka Sumatera Barat punya Danau Maninjau yang tak kalah eloknya. Danau yang juga dikenal dengan nama Puncak Lawang ini terletak di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam. Berketinggian mencapai 461,50 meter, luas sekitar 99,5 km² dan kedalaman maksimum 495 meter, maka wajar jika danau vulkanik ini menjadi danau terluas ke sebelas di Indonesia.
Saya pasti betah tinggal dalam rumah gadang di foto digital diatas. Anda juga kan ? Tak dielakkan, pemandangan depannya sungguh subur dengan rerumputan hijau, dipagari beraneka macam pepohonan dan dibelakangnya ada lautan air danau yang mengalir lancar juga tenang. Ayem banget hehe.
Coba perhatikan deh bagian belakag danau, terdapat cekungan. Konon cekungan itu terbentuk karena letusan gunung yang bernama Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini dapat terlihat dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai seperti dinding. Menurut legenda di Ramah Minang, keberadaan Danau Maninjau ini berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan. Hmm selalu kait dengan mitos ya hehe...
Untuk bisa mencapai Danau Maninjau, jika dari arah Bukittinggi maka akan melewati jalan berkelok-kelok yang dikenal dengan Kelok 44. Kelokan ini sepanjang kurang lebih 10 km mulai dari Ambun Pagi sampai ke Maninjau.
Fotografi teknik untuk memotret Danau Maninjau ini, Saya menerapkan beragam teknik foto, seperti teknik foto framing. Objek utamanya yakni Danau Maninjau, dibidik dengan bingkai (frame) hamparan rumput hijau, yang bagian atasnya dihuni sebuah rumah gadang dan beraneka tumbuhan berjejer subur.
Pemilihan backgroundnya pun harus diperhatikan. Kali ini tampil melalui bukit yang seolah menjadi wadah dan membentengi air danau. Walaupun tidak dtampilkan refleksinya.
Teknik foto lainnya yakni rule of third. Terlihat pada cara pemotretan untuk objek sebuah rumah gadang. Dimana angle nya diletakkan pada sepertiga kanan. Sehingga komposisinya tak membosankan, apalagi tidak hanya ada rumah gadang, namun juga ada beberapa pepohonan yang berjejer subur semisal kelapa dan pisang.
Keindahan Pinggir Jalan : Air Terjun Lembah Anai , Keindahan Diatas Jalan : Jembatan Kereta Api
Di area Lembah Anai, Anda akan dibuat takjub oleh dua objek yakni : air terjun dan jembatan lintasan kereta api. Sudah siap dibuat takjub ya ?
Air terjun berketinggian sekitar 30 meter ini terletak di antara Kota Padang dan Bukittinggi. Berbeda dengan air terjun kebanyakan, air terjun Lembah Anai ini terletak di tepi jalan, berhampiran dengan jambatan dan landasan kereta api yang sudah tua namun masih handal beroperasi. Karena letaknya tak menjorok, maka siapapun yang melintas di jalanan sekitar Lembah Anai, bisa menyaksikan pemandangan berikut,
Di kota metropolitan seperti Surabaya ini, dijamin Anda tak akan bisa menemukan pemandangan gratis nan indah seperti diatas. Gimana nggak, melintas di pinggir jalan dapat suguhan pemandangan alam yang segar. Luar biasa. Agar hasil foto digitalnya semakin cantik, maka Saya pun membidiknya dengan teknik foto low angle ber framing tumbuhan di sebelah kanan.
Keindahan lain datang dari landasan / jembatan kereta api Lembah Anai buatan tahun 1891. Meski sudah “sepuh”, namun dengan panjang 101 meter dan konstruksi yang kokoh, jembatan Lembah Anai ini masih mampu menahan beban gerbong barang dengan muatan batubara. Wow !
Jembatan lintasan kereta berketinggian sekitar 50 meter ini menghubungkan antara puncak bukit dengan puncak bukit lainnya di Lembah Anai.
Bagi Anda yang khusus datang kesana untuk berwisata, bisa mencoba rute wisata berikut : Padang - Padang Panjang. Karena rute itu akan memanfaatkan rangkaian kereta api penumpang yang ditarik lokomotif khusus yang rodanya bergigi, untuk mendaki tanjakan tajam di Lembah Anai yang tinggi dan terjal sepanjang 33.8 kilometer. Wow wisata yang memacu adrenalin ya. Penumpang dari atas kereta api akan disuguhi panorama alam Lembah Anai dengan air terjunnya.
Saya memotret foto digital tersebut, dengan teknik foto bird eye view. Sehingga jembatan lintasan kereta bercat merah keoranyean itu, nampak gagah dan jangkung bertengger diatas ketinggian bukit berimbun pepohonan itu. Dengan fotografi teknik demikian, maka keseluruhan landscape nya terpotret dengan jelas. Tak hanya itu lho, hasil penerapan teknik foto bird eye view itupun mampu menampilkan jalan raya berkelok indah persis di bawah jembatan.
Bukittinggi oh Bukittinggi pesonamu selalu membuatku rindu hehehe. Rindu ingin berwisata lagi kesana, juga rindu ingin memotret lagi disana. Mungkin Saya akan kesana lagi dengan beberapa siswa kursus foto Surabaya School Of Photography untuk praktek fotografi outdoor. Anda mau ikut ? (car)